Cerita
Rakyat “Batu Menangis”
Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari
masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri
khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya,
cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau
asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat
umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
Dan
kali ini saya akan membahas salah satu contoh cerita rakyat “Batu Menangis”.
Legenda
batu menangis adalah Cerita Rakyat Kalimantan Barat yang sangat terkenal di
Nusantara. Kisah cerita rakyat Batu Menangis menceritakan seorang anak yang
durhaka kepada orang tuanya. Pesan dari cerita ini amat jelas, siapapun yang
durhaka terhadap orang tua terutama Ibunya, maka dia akan mengalami malapetaka
dimasa yang akan datang. Mari kita lihat bersama Cerita Rakyat Batu Menangis.
Ciri-ciri
Cerita rakyat :
1. Disampaikan turun-temurun.
2. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya.
3. Kaya nilai-nilai luhur.
4. Bersifat tradisional.
5. Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
1. Disampaikan turun-temurun.
2. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya.
3. Kaya nilai-nilai luhur.
4. Bersifat tradisional.
5. Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
Disebuah bukit yang jauh dari desa,
didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia
mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu
ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap
hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala
permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya
harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari
harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Ketika mereka mulai memasuki desa,
orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan
anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah
gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu,
sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati
dan bertanya kepada gadis itu, “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan
dibelakang itu ibumu?”
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika
ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali
didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu
yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba
begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah
anak durhaka ini ! Hukumlah dia….”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
” Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu
selama ini. Ibu…Ibu…ampunilah anakmu..” Anak gadis itu terus meratap dan
menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh
tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun
orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti
sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat
kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis “.
Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat
setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa
yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti
perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Pesan Moral yang terkandung dalam cerita
tersebut adalah hormatilah kedua orangtuamu, terutama ibumu. Karena beliau
telah mengandung dan membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Ingat, sejelek
apa pun ayah dan ibumu, mereka tetaplah orangtuamu. Dan ingatlah Ridho Allah
adalah Ridho Orangtua”.
Sekian pembahasan tentang Legenda Batu Menangis, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar